arti kepintaran

Seperti sama-sama telah banyak diketahui dan dipelajari, kepintaran dan kecerdasan merupakan bentuk kata benda berimbuhan yang dibentuk dari kata dasar pintar dan cerdas yang merupakan kata sifat. Mungkin sebagian dari kita akan berfikir bahwa pintar dan cerdas adalah dua kata yang memiliki arti sama atau paling tidak kedua kata tersebut sepadan. Bisa jadi begitu, karena setiap kali kita mencari arti kedua kata tersebut dalam kamus bahasa Indonesia, kita hanya akan menemukan bahwa kedua kata tersebut saling mengartikan. Pintar = cerdas, cerdas = pintar, dan mungkin ada tambahan kata-kata lain seperti pandai, bijak, intelegensi, dan mungkin masih banyak lagi.
Kalau pintar dan cerdas adalah sama, akankah kepintaran dan kecerdasan juga memiliki arti yang sama atau sepadan?
Saat ini, sama atau berbeda saya rasa bukanlah hal yang terlalu penting untuk dibahas lebih jauh. Lebih baik bagaimana menghubungkan pintar dan cerdas serta kepintaran dan kecerdasan ke dalam diri kita.
Sewaktu kecil kita kerap kali diberi nasihat untuk rajin belajar supaya pintar. Atau sering kali kita menyebut seseorang yang berprestasi sebagai orang yang pintar, cerdas, atau pandai. Padahal, kata-kata pintar, cerdas, pandai, merupakan kata-kata yang digunakan untuk menyatakan sifat. Terus terang sampai saat saya menulis konsep ini, saya tidak tahu pasti bagaimana menjelaskan sifat pintar atau sifat cerdas tersebut. Begitu pula sebaliknya, ketika kita melihat seseorang yang memiliki nilai akademik yang jelek, kita langsung saja berpendapat bahwa orang tersebut bodoh.
Saya tertarik ketika membaca sebuah buku yang ditulis oleh Robert T. Kiyosaki – seorang penulis yang salah satu bukunya “Rich Dad Poor Dad” pernah menjadi Best Seller versi New York Times – yang berjudul “Rich Dad Poor Dad for Teens”. Dalam buku tersebut ia menulis bahwa ayahnya selalu berkata bahwa setiap orang dilahirkan cerdas – setiap anak memiliki kejeniusan tertentu. Selain itu, dia juga menyatakan bahwa setiap orang dilahirkan sebagai jenius, dan orang yang jenius adalah orang yang hebat dalam suatu hal namun tidak harus bagus dalam semua hal. Seseorang yang tidak selalu berhasil di sekolah, bukanlah orang yang bodoh, namun orang tersebut belajar dengan cara yang berbeda dari yang diharapkan gurunya. Masih menurut Kiyosaki, yang mestinya dilakukan adalah mencari cara belajar terbaik, dan kita akan menemukan kejeniusan pribadi kita. Mengenai cara belajar ini, akan saya bahas lebih lanjut nanti.
Dari tulisan tersebut, saya berfikir bahwa setiap kita terlahir dengan membawa sifat yang sama. Pintar, cerdas, bodoh, semua kita miliki, dan anggaplah kita memiliki bakat untuk itu. Yang sebaiknya kita lakukan adalah bagaimana mencari cara membentuk sifat dan bakat kita yang baik menjadi sesuatu yang benar-benar kita miliki secara sadar – dapat dibuktikan – dan sembari berupaya menghalau pertumbuhan sifat jelek kita.
Mungkin dapat dianalogikan seperti ini: tanah liat, memiliki sifat lembut, lentur. Dalam bentuk aslinya, mungkin saja tanah liat menjadi sesuatu yang belum berguna, bahkan mungkin dihindari. Bagaimana caranya membentuk tanah liat menjadi benda yang berguna sesuai dengan sifat yang dimilikinya? Kita mencari cara, kalau perlu membuat alat baru, sehingga tanah liat akhirnya bisa menjadi batu bata atau bahkan keramik yang banyak dicari. Disini jelas terlihat bahwa memiliki benda asal dengan sifat sama akan berbeda dengan memiliki benda hasil bentukannya. Apakah sama orang yang memiliki sebuah benda berbentuk keramik dengan seseorang yang memiliki benda bersifat lembut? Bisa jadi itu berupa kotoran! Dengan kata lain, memiliki sifat saja tidaklah cukup sebelum terbentuk sesuatu yang dapat dilihat dan diukur (nyata).
Begitu pula dengan manusia. Manusia terlahir memiliki sifat pintar, cerdas, bodoh, dan lain-lain. Apabila manusia hanya memiliki sifatnya saja, bisa jadi manusia menjadi sesuatu yang tidak berguna, bahkan mungkin dihindari. Bagaimana caranya membentuk manusia menjadi berguna sesuai dengan sifat yang dimilikinya? Kita mencari cara, diciptakan alat baru – buku, pensil, sebagai sarana belajar. Bedanya manusia diberi lebih banyak pilihan dibanding tanah liat. Yang berhasil mengembangkan sifat baiknya misalnya, akan memiliki sesuatu yang bernama kepintaran dan atau kecerdasan. Sesuai dengan bentuk katanya, kepintaran dan kecerdasan adalah bentuk kata benda, dan benda akan dapat dilihat dan diukur! Bagaimana bisa kita mengatakan seseorang pintar melukis sedang kita tidak pernah melihat dia melukis atau melihat hasil lukisannya?

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com